Saat malam hari ketika pelayat sudah pulang, Badrun lebih merasa kesepian dan sedih. Badrun tidak percaya jika neneknya sudah tiada untuk selama-lamanya padahal Badrun belum sempat membahagiakan neneknya. Ia benar-benar merasa kehilangan neneknya begitupun kakek dan juga abang Badrun.
Keesokan harinya saat Badrun masih terlelap, abang Badrun menonton televisi dan melihat berita yang sontak membuatnya terkejut. Lalu abang Badrun bergegas membangunkan Badrun.
“Badrun! Badrun! Bangun, lihat ini.” Teriak abang Badrun.
Tetapi Badrun tidak kunjung terbangun dan masih terlelap karena kecapean. Abangnya terus membangunkannya dan memberitahu bahwa ada berita kecelakaan pesawat yang sepertinya ditumpangi oleh ibu bapak Badrun saat perjalanan menuju ke rumah kakek dan nenek.
“Badrun bangunlah, lihat berita di televisi ini. Pesawat yang ditumpangi ibu bapak jatuh ke laut.” Ucap abangnya.
Lalu Badrun sontak terbangun saat mendengar ucapan abangnya itu dan Badrun langsung berlari melihat berita di televisi.
“Apa yang kau katakan!” Kata Badrun yang tak percaya dengan ucapan abangnya itu.
Lalu Badrun melihat beritanya dan tidak percaya dengan apa yang ia lihat di televisi. Ia menangis dan tubuhnya terkulai lemas di lantai. Badrun terus meyakinkan dirinya bahwa semua ini tidak benar.
“Ini tidak benar. Semua ini hanya mimpi. Orang tuaku pasti selamat” ucapnya sambil menangis.
Abang Badrun juga sedih dan tidak percaya. Ia terus menenangkan Badrun yang sedang menangis. Mereka pun akhirnya memutuskan pergi mencari kakek ke makam Alm. Nenek.
“Kakek! Kakek! Badrun ingin menyampaikan sesuatu.” Ucap Badrun.
“Apa yang ingin kau sampaikan Drun? Kenapa kau berlari seperti dikejar setan.” Ucap kakek.
Lalu Badrun menceritakan semua yang ada diberita televisi itu. Kakek yang mendengar berita itu langsung terkejut.
“Apa kau bilang! Itu pasti bukan pesawat yang ditumpangi ibu bapakmu” ucap kakek dengan suara bergetar.
“Badrun juga tidak percaya kek. Badrun dan abang ingin meminta izin kepada kakek pergi ke bandara untuk memastikan keadaan Ibu Bapak. Hiks.. hikss..” Ucap Badrun sambil menangis dipelukan kakek.
“Yasudah kalian pergilah. Kakek disini akan berdoa yang terbaik dan menjaga diri.” Ucap kakek yang berusaha menahan tangisnya.
Mereka pun berangkat ke bandara dan sesampainya disana ternyata…
Cerita selanjutnya